Sunday, February 14, 2010

"Bilakah semua warganegara mendapat hak layanan dan keadilan yang sama dikenal dengan satu rupa nama: Bangsa Malaysia?"


Antologi puisi Sahabatku, menampilkan 12 buah karya puisi penyair sasterawan negara Dato (Dr) Usman Awang dalam 5 bahasa (Melayu, Inggeris, Mandarin, Tamil, Iban). Untuk memesannya bolehlah mengunjungi laman http://www.usmanawang.com.my/

dibawah ini dicilok puisi berjudul Sahabat, kata-kata yang kekal relevan hingga ke hari ini, yang ditulis beliau pada hujung 70 an, awal 80an:

Sahabatku

(Kepada Dr. M.K. Rajakumar)

MENEMUIMU ketika remaja dulu

ketika kemarahan rakyat bermula

di kota raya yang memancarkan suara-suara baru

aku mengenali sekumpulan generasi mahasiswa

dalam keghairahan mengenggam idealisme

menolongku memperteguh keyakinan

persahabatan dan persamaan rakyat

impian mewujudkan suatu dunia baru.

Lama masa berlalu

pengalaman dan usia mengajar kita

betapa ideal mimpi alam remaja

memetik bintang-bintang di cakerawala

dengan jari dan puisi

dengan buku dan teori

tanpa membakar tangan

tanpa menghanguskan badan.


(Kini pun masih kutemui lagi

orang-orang muda yang setengah berani

sesekali datang membisikkan impian

untuk membakar bintang menjolok bulan;

aku seperti memutar kembali

pita rakaman silam).


Sahabatku,

Suatu bangsa merdeka yang kita impikan

terasa masih jauh dari kenyataan

kemarahanku menjadi kepedihan

bila kita dipisah-pisahkan

jarak itu semakin berjauhan.

Aku dapat gelaran "bumiputera" dan kau bukan.

ii.

Di klinikmu masih kutemui keramahan

ketika jantungku hampir dilumpuhkan

engkau pertama mendengar degupannya

menyukat tekanan darah di salur nadi

melihat paru-paru tuaku kehitaman bersawang.

Asap rokok yang sangat kau benci.

Percayakah?

Aku dapat pula mendengar detak jantungmu

detak jantung yang dulu

kehidupan baru masyarakat baru

impian suatu bangsa merdeka

kebenaran dan keadilan yang sama

sebagaimana pesan nenek moyang:

'Hati kuman sama dicicah

Hati gajah sama dilapah'.


Bilakah kita dapat memadamkan

perbezaan keturunan yang kian membakar kita

dan membiarkan curahan minyak yang kian menyala

oleh mereka yang sering bermuka dua?

Bilakah kita dapat mempertaruhkan nasib

anak-anak kita yang tak berdosa

dan generasi akan datang keturunan kita

menjadi mangsa keturunan yang berbeza

oleh mereka yang mementingkan laba dan kuasa?


Bilakah kita dapat menembusi jurang perbezaan

kemiskinan dan kelaparan dengan kekayaan berlebihan

antara dua golongan darjat masyarakat

suatu janji dari erti kemerdekaan?

Bilakah semua warga mendapat hak

layanan dan keadilan yang sama

dikenal dengan satu rupa nama:

Bangsa Malaysia?


Usman Awang

1979/1983

terjemahan oleh sasterawan negara, Muhammad Haji Salleh

My Friend

(for Dr M.K. Rajakumar)

Meeting you then, in youth

when the anger of people began to flare up

in the city that broadcasted new voices

I recognized a new generation students

passionately embracing idealism

while assisting me to strengten beliefs

of the people's unity and equality

dreaming of a new world.

How time passes,

experience and age has taught us

how ideal the dreams of youth

that picked the stars of the universe

with fingers and poetry

with books and theories

hands burning other hands

without charring the body.

(I still see, even now,

youths, half-brave

occasionally come to whisper their dreams

to burn the stars and pick the moon;

as though I was replaying

tapes from the old past).

My friend,

a free people that we dreamt of

is still far from the real

my anger turns to bitterness

when we are divided

space becomes enormous

I am called "bumiputera" and you aren't.

II

In your clinic, I still find hospitality

while my heart was almost paralysed

you were the first to listen to its rhythm

to measure the blood's pressure in the pulse channel

to see my old lungs, black, meshed

by the cigarette smoke that you detested.

Do you believe me?

I could begin to hear your heart beat

the old heart beats

a new life for a new people

a dream of a free nation

a common truth and justice

as in the saying of our forefathers:

"To share the tiniest morsel

to savour together, the biggest."

When will we ever extinguish

the differences that are burning us

and stop the oil flow that burns higher

by hypocrites?

When will we be able to ensure

our innocent children's future

and those who come after us

are lineage victims

of those who count profit and power?

When shall we able to bridge this difference?

Poverty and hunger with overflowing wealth

between two social ranks

a single promise from meaning of freedom.

When will all citizens have equal rights

service and justice

known by a single name:

Malaysian?

No comments:

Post a Comment